Antara Hati Dengan Lisan
Bunga dan harum adalah dua hal yang berhubungan. Kerana keharuman yang mempesona berasal dari bunga. Dan bunga yang terpelihara dengan baik akan menghasilkan wangi yang terbaik pula. Maka, tumbuhkanlah bunga yang tepat, yang dapat menyenangkan bagi siapapun yang berada di dekatnya.
Itulah yang mengibaratkan hati dengan lisan. Apa yang keluar dari lisan sumbernya adalah isi hati yang dibiasakan. Dibiasakan atau bahkan setiap saat dimana kita melakukan perbuatan sehingga menjadi terbiasa, baik hal itu keburukan atau kebaikan. Dan itu tergantung dari kita ingin yang mana untuk dibiasakan. Apa yang ada di dalam hati adalah cerminan dari apa yang keluar dari lisan. Sehingga setiap kata yang dikeluarkan, adalah dari hati yang wujudnya kita sendiri tentukan. Maka jagalah hati, niscaya terjagalah lisan.
Apa yang kita ucapkan akan mempengaruhi apa yang ada disekitarmu. Lisan mampu mempengaruhi persepsi orang terhadap dirimu. Dia juga mampu mempengaruhi sekitarmu untuk mengikuti anganmu. Lisanmu ibarat harumnya sebuah bunga. Karena harum sumbernya dari bunga, maka sebarkanlah keharuman itu ke semua yang ada didekatnya. Tidak hanya diri sendiri yang menikmatinya. Kita sedari atau tidak, orang lain juga pasti akan merasakannya. Namun, tidak semua bunga harumnya sama. Maka jagalah supaya bau yang tersebar, tidak membuat orang untuk bersama malah menjadi enggan.
Jika lisan mencerminkan apa yang ada di hati, maka hati mencerminkan diri. Kerana hati adalah hulu dari semua keputusan dan perbuatan. Kebaikan atau keburukan, kita sendiri yang menentukan. Bisa jadi kebaikan atau keburukan yang kita lakukan, menjadi pengantara untuk kebaikan atau keburukan yang lain. Boleh jadi kebaikan atau keburukan yang kita lakukan, menjadi penyebab orang lain untuk melakukan kebaikan atau keburukan yang sama. Maka berhati-hatilah dalam urusan hati.
Segala yang ada di dunia ini, semu dan tidak ada yang pasti. Maka penuhilah kebaikan dalam hati kerana itu yang akan menuntunmu menuju alam akhirat yang hakiki. Pertahankan kebaikan di hati karena hidup hanya sekali dan kita harus membuatnya berarti. Tetap junjunglah hati dengan kebaikan meskipun orang lain membalasnya dengan hal yang berlawanan.
Sumber : Abu Hanifah